SABHANGKA.COM, Muna – Aksi demonstrasi meletus di Pelabuhan Feri Tampo, Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara. Puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Pergerakan Pemuda Pelajar Mahasiswa Sulawesi Tenggara (AP3M-SULTRA) menutup akses masuk pelabuhan sebagai bentuk protes terhadap buruknya fasilitas penyeberangan.
Para demonstran menuntut perbaikan infrastruktur utama, termasuk pengaspalan jalan akses dermaga, perbaikan koridor antrean motor, dan perbaikan MB (Movable Bridge) tempat sandar kapal. Mereka bersikeras tidak akan membuka blokade sebelum Kepala Pelabuhan menemui mereka langsung.
Aksi ini berdampak pada pengguna jasa penyeberangan, termasuk sopir truk yang sering melintasi rute tersebut. Rino, salah satu sopir truk, mengaku terganggu dan merasa was-was saat menyebrang karena kondisi kapal yang tidak stabil akibat buruknya fasilitas pelabuhan.
Ketua AP3M-SULTRA, Iswandi Ismet alias Wandi, menegaskan bahwa masyarakat sudah gerah dengan kondisi Pelabuhan Tampo yang dinilai membahayakan keselamatan pengguna jasa. Ia menyebut bahwa setiap pembelian tiket tetap dikenakan pungutan, namun tidak ada perbaikan signifikan pada infrastruktur pelabuhan.
“Sangat ironis! Uang terus dikutip, tapi kondisi pelabuhan semakin buruk. MB yang seharusnya berfungsi setiap tahun, justru terbengkalai meski ada anggaran operasional dan pembelian BBM solar,” tegas Wandi dengan nada kesal. Kamis (20/3/2025).
Hingga berita ini diturunkan, aksi blokade masih berlangsung dan belum ada pernyataan resmi dari pihak pengelola pelabuhan terkait tuntutan mahasiswa. Situasi di lokasi tetap memanas, sementara pengguna jasa penyeberangan harus menunggu kepastian penyelesaian konflik.