SABHANGKA.COM, MUNA – Suasana sempat memanas di Pelabuhan Fery Tampo ketika nyaris terjadi adu jotos antara seorang pengguna jasa kendaraan roda empat dengan salah satu staf pelabuhan. Insiden ini terjadi tepat di depan loket pengambilan tiket dan dipicu oleh persoalan nomor antrian yang dinilai tidak transparan. Sabtu (5/4/2025).
Menurut keterangan La Uli, salah satu petugas pelabuhan, sistem antrian selama ini dilakukan secara manual. Setiap nomor yang dipanggil akan diumumkan sebanyak tiga kali, dan jika tidak ada respons, nomor tersebut dianggap hangus. Namun, kejadian berbeda dialami oleh seorang pengguna jasa bernama Rian (nama samaran), yang mengklaim memegang nomor antrian 826.
“Saya kaget tiba-tiba dari nomor 825 langsung loncat ke 827. Padahal saya ada di sekitar loket,” ujar Rian dengan nada kecewa.
Adu argumen antara Rian dan petugas loket pun tak terelakkan. Situasi semakin memanas ketika beberapa pengguna jasa lainnya ikut menyuarakan protes, menunjukkan solidaritas terhadap Rian. La Uli yang mencoba menjelaskan prosedur justru menjadi sasaran emosi dan sempat dikerumuni massa.
Untuk meredakan suasana yang kian tegang dan menghindari kericuhan, kedua pihak yang berselisih diarahkan masuk ke dalam ruangan untuk mencari solusi bersama. Setelah berdiskusi dan menyampaikan argumen masing-masing, akhirnya disepakati bahwa dari total 25 nomor antrian yang dianggap hangus, akan didistribusikan ulang secara merata ke setiap kapal, masing-masing 5 unit.
Dengan tercapainya kesepakatan ini, suasana pun kembali mencair. Kedua belah pihak saling memaafkan dan situasi kembali kondusif.
Kepala Pelabuhan Tampo-Torobulu, Indra Jaya, menyampaikan bahwa selama sistem antrian masih dilakukan secara manual, potensi terjadinya miskomunikasi dan ketegangan memang tidak bisa dihindari.
“Wajar jika pengguna jasa ingin dilayani cepat, tapi di sisi lain, petugas kami juga manusia biasa yang bekerja hampir 24 jam. Kami tetap prioritaskan pelayanan, tapi harus ada pengertian dua arah,” ujar Indra.
Ia juga menambahkan bahwa saat ini pelabuhan didukung oleh empat unit kapal penumpang, yakni KMP Cendrawasih, KMP Pulau Rubiah, KMP Nuku, dan satu kapal swasta KMP Tunu. Dengan armada tersebut, pihaknya menjamin bahwa tidak ada pengguna jasa yang menunggu lebih dari 24 jam untuk diberangkatkan selama arus balik ini.
“Kami terus berupaya memberikan pelayanan terbaik. Jika ada kekeliruan, itu masih dalam batas wajar sebagai bagian dari pelayanan manusiawi,” pungkas Indra.
Penulis : Ridaka
Editor : Redaksi